Pengetahuan Fundamental dari materi Memahami Konsep Cluster-based Economy, bila setiap masyarakat negara wajib mempunyai kepahaman seputar pembahasan ekonomi, hal ini erat kaitannya dengan perkembangan ekonomi di rumahtangga, masyarakat dan negara itu sendiri, maka belajar ekonomi memang wajib di galakkan sejak dini, sejak masih mengenal bangku pendidikan. wajib dicatat bahwa gaji lulusan ekonomi termasuk yang tertinggi dari disiplin apapun. Penelitian yang berbeda cenderung menemukan nilai gaji lulusan ekonomi cukup dibayar dengan bagus. Kemampuan ilmu ekonomi misalnya pengambilan keputusan: apa yang wajib dilakukan pemerintah untuk mengurangi defisit anggaran
Memahami Konsep Cluster-based Economy
Cluster-based economy merupakan salah satu konsep dalam pembangunan ekonomi yang ditujukan untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi dengan melonjakkan produktivitas dan efisiensi proses produksi. Tulisan ini akan mengulas mengenai konsep dasar cluster-based economy.
dengan cara umum cluster-based economy mengandung pengertian dimana terdapat sekelompok industri/usaha yang berada di satu kawasan tertentu. Industri-industri ini Bisa merupakan industri yang serupa (misalnya industri tekstil), ataupun industri yang berbeda-beda namun saling terkait (misalnya industri tekstil dengan industri tinta untuk tekstil).
Terdapat beberapa studi yang Bisa menjadi rujukan untuk memahami konsep cluster-based economy, diantaranya studi yang dilakukan oleh Alfred Marshall dan Michael E. Porter.
Pendapat Alfred Marshall.
Marshall mengemukakan pandangannya bahwa apabila industri berada di satu wilayah geografis tertentu, maka penanganan mesin-mesin serta material akan jauh lebih mudah dilakukan.
setelah itu, mengingat bahwa di saat itu (era abad ke-19 hingga awal abad ke-20) fungsi komunitas sosial masih sangat dominan, maka peranan komunitas sosial sangat penting sebagai pengikat inter-relasi dalam area industri tersebut.
Jadi dalam konsep ini pengelompokan industri di suatu area tertentu lebih dititikberatkan di penanganan terhadap masalah modal (tercermin dari material produksi), investasi (tercermin dari penanganan mesin-mesin produksi), serta peran komunitas sosial dalam industri. Dengan Perkataan lain, efisiensi menjadi faktor penting dalam pemusatan industri.
Marshall juga menyebutkan dampak positif (positive externalities) dari industri-industri yang terpusat di satu area, antara lain:
Bisa dikatakan bahwa konsep yang diperkenalkan oleh Marshall ini lebih mendekati konsep kawasan industri atau industrial district. Ada juga studi-studi yang mengaitkan konsep Marshall ini dengan istilah agglomeration economies. Diluar perbedaan yang terdapat di istilah tersebut, konsep ini tetap dianggap sebagai awal mula berkembangnya cluster-based economy.
Perspektif Michael E. Porter.
Menurut Porter, cluster-based economy merupakan kawasan terkonsentrasi dimana terdapat perusahaan dan institusi yang saling terkait di suatu bidang tertentu.
Lebih lanjut, Porter menegaskan bahwa Perkataan kunci dalam pengembangan cluster merupakan kompetisi (competition). Kompetisi, menurutnya sangat bergantung di produktivitas; sementara produktivitas terletak di kemampuan industri dalam menciptakan produk dan/atau jasa.
Berikutnya, Porter mengungkapkan bahwa cluster-based economy mampu mendorong daya saing melalui tiga Tutorial, yaitu:
di prinsipnya terdapat tiga pilar yang menjadi pondasi cluster-based economy, yakni:
dengan cara garis besar, ada beberapa elemen yang menjadi faktor utama keberhasilan cluster-based economy, yakni:
Cluster Bisa terdiri dari beberapa usaha kecil (smaller-medium enterprises/SMEs atau UMKM) yang membentuk kerjasama di suatu area tertentu, Bisa juga dengan menjalin kerjasama dengan perusahaan/industri sebagai penanam modal, serta institusi perguruan tinggi sebagai motor riset dan pengembangan. Cluster seperti ini menjadi cikal-bakal (pioneer) perkembangan cluster-cluster besar yang ada saat ini.
Cluster-based economy juga dikembangkan oleh pemerintah sebagai upaya untuk menarik investasi melalui skema Foreign Direct Investment (FDI), mengingat bahwa zona ekonomi seperti ini di umumnya dilengkapi dengan infrastruktur yang bagus dan fasilitas lengkap sebagai penunjang efisiensi dan produktivitas usaha.
Selain itu pemerintah juga berperan dalam peningkatan pertumbuhan usaha di cluster-cluster melalui berbagai kebijakan, seperti pemangkasan hambatan dalam perijinan usaha, lalu-lintas pergerakan produk dan/atau jasa, Anggaran ketenagakerjaan, serta Anggaran lain yang menopang tumbuhnya iklim usaha yang sehat (Ketels, C.H.M. in addition to also Memedovic, O, coming from Clusters to Clusters-based Economic Development, Int.J. Technological Learning, Innovation in addition to also Development, Vol. 1, No. 3, 2008).
bila dilihat, sudah banyak negara yang mempunyai cluster-cluster yang menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi, sumber investasi, sekaligus sebagai ‘dapur’ inovasi diberbagai bidang. Silicon Valley di California, Amerika Serikat; Technopolis Innovation Park Delft di Belanda; serta Hsinchu Science Park di Taiwan merupakan contoh cluster-based economy yang menjadi benchmark keberhasilan pembangunan kawasan industri/usaha.
Materi lebih lengkap mengenai konsep cluster-based economy Bisa dipelajari di The Emerging Digital Economy: Entrepreneurship, Clusters, in addition to also Policy, by Borje Johansson, Charlie Karlsson, in addition to also Roger Stough, 2010.
Sebagai Epilog, di dunia modern, saat inovasi menjadi pondasi peningkatan produktivitas, dan produktivitas menjadi unsur penting pembangunan ekonomi, maka cluster-based economy memainkan peran krusial sebagai sarana penggerak roda perekonomian.
Terdapat beberapa studi yang Bisa menjadi rujukan untuk memahami konsep cluster-based economy, diantaranya studi yang dilakukan oleh Alfred Marshall dan Michael E. Porter.
Pendapat Alfred Marshall.
Marshall mengemukakan pandangannya bahwa apabila industri berada di satu wilayah geografis tertentu, maka penanganan mesin-mesin serta material akan jauh lebih mudah dilakukan.
setelah itu, mengingat bahwa di saat itu (era abad ke-19 hingga awal abad ke-20) fungsi komunitas sosial masih sangat dominan, maka peranan komunitas sosial sangat penting sebagai pengikat inter-relasi dalam area industri tersebut.
Jadi dalam konsep ini pengelompokan industri di suatu area tertentu lebih dititikberatkan di penanganan terhadap masalah modal (tercermin dari material produksi), investasi (tercermin dari penanganan mesin-mesin produksi), serta peran komunitas sosial dalam industri. Dengan Perkataan lain, efisiensi menjadi faktor penting dalam pemusatan industri.
Marshall juga menyebutkan dampak positif (positive externalities) dari industri-industri yang terpusat di satu area, antara lain:
- Adanya knowledge spillover diantara industri yang ada. Hal ini akan melonjakkan persaingan yang sehat diantara industri-industri tersebut.
- Input yang terspesialisasi dari industri pendukung. Adanya saling keterkaitan antara industri-industri yang ada dalam satu kawasan akan membantu ketersediaan bahan baku produksi, sehingga mempercepat proses produksi.
- Tenaga kerja yang berdaya saing (competitive). Sebab daya saing usaha di kawasan industri cenderung ketat, maka akan menghasilkan tenaga kerja yang mempunyai daya saing tinggi.
Bisa dikatakan bahwa konsep yang diperkenalkan oleh Marshall ini lebih mendekati konsep kawasan industri atau industrial district. Ada juga studi-studi yang mengaitkan konsep Marshall ini dengan istilah agglomeration economies. Diluar perbedaan yang terdapat di istilah tersebut, konsep ini tetap dianggap sebagai awal mula berkembangnya cluster-based economy.
Perspektif Michael E. Porter.
Menurut Porter, cluster-based economy merupakan kawasan terkonsentrasi dimana terdapat perusahaan dan institusi yang saling terkait di suatu bidang tertentu.
Lebih lanjut, Porter menegaskan bahwa Perkataan kunci dalam pengembangan cluster merupakan kompetisi (competition). Kompetisi, menurutnya sangat bergantung di produktivitas; sementara produktivitas terletak di kemampuan industri dalam menciptakan produk dan/atau jasa.
Berikutnya, Porter mengungkapkan bahwa cluster-based economy mampu mendorong daya saing melalui tiga Tutorial, yaitu:
- Dengan melonjakkan produktivitas industri dalam area tersebut. Hal ini antara lain diwujudkan dalam kemudahan akses untuk tenaga kerja dan supplier, berkurangnya transportation cost, dan penghematan waktu produksi. Seiring dengan peningkatan efisiensi, akan terjadi peningkatan daya saing.
- Dengan mendorong terciptanya inovasi-inovasi baru. Dengan berada dalam satu kawasan, maka setiap industri mempunyai kemampuan untuk membaca peta persaingan, sehingga memicu munculnya inovasi baru untuk melonjakkan daya saing.
- Dengan mendorong penguatan cluster itu sendiri. Mengingat industri-industri baru bermunculan setiap saat, maka berada dalam cluster akan mendorong Akselerasi kemajuan industri tersebut daripada bila berada diluar area.
di prinsipnya terdapat tiga pilar yang menjadi pondasi cluster-based economy, yakni:
- Wilayah geografis (geographical area). Ini merupakan area tertentu yang menjadi pusat kegiatan.
- Penciptaan nilai (value creation). Dalam cluster terdiri dari berbagai sektor usaha dan industri yang masing-masing menciptakan nilai dalam produksi barang dan/atau jasa yang mereka tawarkan.
- Lingkungan usaha (business environment). Lingkungan usaha membagikan pengaruh yang signifikan dalam membentuk pola hubungan antara industri, tenaga kerja, dan institusi pemerintahan setempat. Adanya cluster akan membagikan kekuatan lebih di penciptaan lingkungan bisnis yang kompetitif.
dengan cara garis besar, ada beberapa elemen yang menjadi faktor utama keberhasilan cluster-based economy, yakni:
- inovasi.
- tenaga kerja terampil.
- alih pengetahuan dan teknologi.
- kolaborasi dan kerjasama.
- kompetisi.
Cluster Bisa terdiri dari beberapa usaha kecil (smaller-medium enterprises/SMEs atau UMKM) yang membentuk kerjasama di suatu area tertentu, Bisa juga dengan menjalin kerjasama dengan perusahaan/industri sebagai penanam modal, serta institusi perguruan tinggi sebagai motor riset dan pengembangan. Cluster seperti ini menjadi cikal-bakal (pioneer) perkembangan cluster-cluster besar yang ada saat ini.
Cluster-based economy juga dikembangkan oleh pemerintah sebagai upaya untuk menarik investasi melalui skema Foreign Direct Investment (FDI), mengingat bahwa zona ekonomi seperti ini di umumnya dilengkapi dengan infrastruktur yang bagus dan fasilitas lengkap sebagai penunjang efisiensi dan produktivitas usaha.
Selain itu pemerintah juga berperan dalam peningkatan pertumbuhan usaha di cluster-cluster melalui berbagai kebijakan, seperti pemangkasan hambatan dalam perijinan usaha, lalu-lintas pergerakan produk dan/atau jasa, Anggaran ketenagakerjaan, serta Anggaran lain yang menopang tumbuhnya iklim usaha yang sehat (Ketels, C.H.M. in addition to also Memedovic, O, coming from Clusters to Clusters-based Economic Development, Int.J. Technological Learning, Innovation in addition to also Development, Vol. 1, No. 3, 2008).
bila dilihat, sudah banyak negara yang mempunyai cluster-cluster yang menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi, sumber investasi, sekaligus sebagai ‘dapur’ inovasi diberbagai bidang. Silicon Valley di California, Amerika Serikat; Technopolis Innovation Park Delft di Belanda; serta Hsinchu Science Park di Taiwan merupakan contoh cluster-based economy yang menjadi benchmark keberhasilan pembangunan kawasan industri/usaha.
Materi lebih lengkap mengenai konsep cluster-based economy Bisa dipelajari di The Emerging Digital Economy: Entrepreneurship, Clusters, in addition to also Policy, by Borje Johansson, Charlie Karlsson, in addition to also Roger Stough, 2010.
Sebagai Epilog, di dunia modern, saat inovasi menjadi pondasi peningkatan produktivitas, dan produktivitas menjadi unsur penting pembangunan ekonomi, maka cluster-based economy memainkan peran krusial sebagai sarana penggerak roda perekonomian.
0 Response to "Memahami Konsep Cluster-based Economy Yang wajib Kita Baca"
Posting Komentar