Hal Fundamental mengenai materi Consumer Confidence Index (CCI) dan Fungsinya dalam Perekonomian, bila setiap warga negeri wajib mempunyai kepahaman seputar pembahasan ekonomi, hal ini erat kaitannya dengan kemajuan ekonomi di rumahtangga, masyarakat dan negara itu sendiri, maka belajar ekonomi memang wajib di galakkan sejak dini, sejak masih mengenal bangku pendidikan. wajib dicatat bahwa gaji lulusan ekonomi termasuk yang tertinggi dari disiplin apapun. Penelitian yang berbeda cenderung menemukan nilai gaji lulusan ekonomi cukup dibayar dengan bagus. Kemampuan ilmu ekonomi misalnya pengambilan keputusan: Apa yang wajib dilakukan bisnis untuk menaikkan margin keuntungan.
Consumer Confidence Index (CCI) dan Fungsinya dalam Perekonomian
Consumer Confidence Index (CCI) atau indeks keyakinan konsumen menjadi salah satu indikator utama dalam menilai kinerja perekonomian, khususnya terkait dengan tingkat konsumsi masyarakat serta proyeksi perekonomian jangka pendek. CCI juga menjadi salah satu data penting untuk para pelaku perdagangan di pasar uang (forex market). Tulisan ini akan mengupas pengertian dasar Consumer Confidence Index dan fungsinya dalam perekonomian.
dengan cara konseptual, Consumer Confidence Index (beberapa literatur memakai istilah Consumer Sentiment Index) merupakan alat ukur yang digunakan untuk meneliti perilaku konsumen rumahtangga (household sector) atas berbagai faktor ekonomi yang mempengaruhi pengambilan keputusan, terutama terkait spending (pengeluaran rumahtangga) dan saving (tabungan).
Consumer Confidence Index di awalnya dikembangkan oleh George Katona di 1951. Adapun tujuan yang ingin dicapai dari pengukuran indeks ini merupakan untuk mengetahui persepsi dan respon konsumen mengenai situasi bisnis dan prospek pekerjaan (Katona, George, Psychological Analysis of Economic Behavior, 1951).
Mengingat bahwa untuk mengukur indeks keyakinan konsumen dilakukan melalui survei, maka terdapat beberapa acuan baku (benchmark) yang mesti dipenuhi, misalnya metode survei (apakah melalui kuesioner, telepon, email), banyaknya sampel yang diambil, periode waktu dilakukannya survei, dan sebagainya.
dengan cara umum, pertanyaan yang dikemukakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keyakinan konsumen merupakan sebagai berikut:
Pertanyaan-pertanyaan diatas hanyalah Citra sederhana mengenai bagaimana menilai tingkat keyakinan konsumen melalui metode-metode kuantitatif.
Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut Bisa muncul beberapa alternatif jawaban, misalnya terjadi perubahan terhadap kondisi perekonomian domestik (entah menjadi semakin bagus atau sebaliknya) atau tidak ada perubahan signifikan. Terkait dengan keyakinan atas kondisi perekonomian dengan cara umum, Asa yang dimiliki objek penelitian Bisa jadi sangat optimistis, tidak terlalu yakin, hingga pesimistis.
di intinya, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam survei tersebut berhubungan langsung dengan faktor makroekonomi (kondisi perekonomian nasional) serta mikroekonomi (kondisi keuangan rumahtangga), yang ditinjau dari pelaku ekonomi ditingkat yang paling kecil (household sector).
Dengan Perkataan lain, perubahan di indeks keyakinan konsumen berkaitan dengan konsumsi riil masyarakat (consumption), pendapatan yang diperoleh sektor rumahtangga (household income), Hartah yang dimiliki (saving, investment), serta tingkat suku bunga yang berlaku (interest rate).
Namun demikian, dalam realita’nya terdapat faktor-faktor yang Bisa menimbulkan deviasi (penyimpangan) terhadap metode penelitian yang digunakan.
Faktor-faktor ini meskipun tidak dengan cara signifikan mempengaruhi hasil survei, akan tetapi tetap wajib dipahami. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain:
Sebagai catatan, dalam perdagangan di pasar uang (forex market), data Consumer Confidence Index menjadi salah satu sumber informasi penting untuk pergerakan nilai tukar mata uang (meskipun dalam jangka pendek), terutama apabila berasal dari negara-negara dengan mata uang kuat seperti Amerika Serikat dan Euro Zone. Dalam hal ini, semakin tinggi angka yang dihasilkan di Consumer Confidence Index (yang menunjukkan semakin tingginya tingkat keyakinan konsumen), cenderung akan melonjakkan nilai tukar mata uang negara tersebut.
Laporan mengenai indeks keyakinan konsumen yang biasanya disajikan setiap bulan juga dijadikan sebagai salah satu indikator yang dimanfaatkan dalam pengambilan keputusan, bagus oleh otoritas kebijakan publik (pemerintah), investor, ataupun trader.
Sebagai Epilog, Consumer Confidence Index (CCI) atau indeks keyakinan konsumen menjadi salah satu metode untuk mengetahui sejauh mana tingkat keyakinan konsumen sektor rumahtangga terhadap kondisi perekonomian nasional serta kemampuan ekonomi yang mereka miliki dalam pengambilan keputusan, terkait konsumsi, tabungan, dan investasi.
dengan cara konseptual, Consumer Confidence Index (beberapa literatur memakai istilah Consumer Sentiment Index) merupakan alat ukur yang digunakan untuk meneliti perilaku konsumen rumahtangga (household sector) atas berbagai faktor ekonomi yang mempengaruhi pengambilan keputusan, terutama terkait spending (pengeluaran rumahtangga) dan saving (tabungan).
Consumer Confidence Index di awalnya dikembangkan oleh George Katona di 1951. Adapun tujuan yang ingin dicapai dari pengukuran indeks ini merupakan untuk mengetahui persepsi dan respon konsumen mengenai situasi bisnis dan prospek pekerjaan (Katona, George, Psychological Analysis of Economic Behavior, 1951).
Mengingat bahwa untuk mengukur indeks keyakinan konsumen dilakukan melalui survei, maka terdapat beberapa acuan baku (benchmark) yang mesti dipenuhi, misalnya metode survei (apakah melalui kuesioner, telepon, email), banyaknya sampel yang diambil, periode waktu dilakukannya survei, dan sebagainya.
dengan cara umum, pertanyaan yang dikemukakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keyakinan konsumen merupakan sebagai berikut:
- Bagaimana kondisi keuangan sektor rumahtangga dalam duabelas bulan terakhir?
- Bagaimana Estimasi mengenai kondisi keuangan rumahtangga dan perubahan-perubahan yang mungkin terjadi terkait kondisi keuangan tersebut, hingga dengan duabelas bulan kedepan?
- Bagaimana Asa atas perkembangan situasi perekonomian domestik dalam duabelas bulan kedepan?
- Dalam kondisi perekonomian saat ini, apakah menjadi saat yang tepat untuk membelanjakan penghasilan, misalnya untuk membeli barang-barang elektronik atau perabotan rumahtangga?
Pertanyaan-pertanyaan diatas hanyalah Citra sederhana mengenai bagaimana menilai tingkat keyakinan konsumen melalui metode-metode kuantitatif.
Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut Bisa muncul beberapa alternatif jawaban, misalnya terjadi perubahan terhadap kondisi perekonomian domestik (entah menjadi semakin bagus atau sebaliknya) atau tidak ada perubahan signifikan. Terkait dengan keyakinan atas kondisi perekonomian dengan cara umum, Asa yang dimiliki objek penelitian Bisa jadi sangat optimistis, tidak terlalu yakin, hingga pesimistis.
di intinya, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam survei tersebut berhubungan langsung dengan faktor makroekonomi (kondisi perekonomian nasional) serta mikroekonomi (kondisi keuangan rumahtangga), yang ditinjau dari pelaku ekonomi ditingkat yang paling kecil (household sector).
Dengan Perkataan lain, perubahan di indeks keyakinan konsumen berkaitan dengan konsumsi riil masyarakat (consumption), pendapatan yang diperoleh sektor rumahtangga (household income), Hartah yang dimiliki (saving, investment), serta tingkat suku bunga yang berlaku (interest rate).
Namun demikian, dalam realita’nya terdapat faktor-faktor yang Bisa menimbulkan deviasi (penyimpangan) terhadap metode penelitian yang digunakan.
Faktor-faktor ini meskipun tidak dengan cara signifikan mempengaruhi hasil survei, akan tetapi tetap wajib dipahami. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain:
- Perkembangan dunia usaha dan persaingan dalam bisnis telah membuat banyak pelaku bisnis (khususnya di sektor ritel) menyediakan fasilitas kredit bebas bunga angsuran, sehingga meski kondisi perekonomian memburuk sekalipun, para konsumen sektor rumahtangga tetap mampu menjalankan belanja konsumsi.
- Semakin tinggi tingkat kemampuan ekonomi suatu rumahtangga, maka kondisi perekonomian tidak akan terlalu berpengaruh terhadap pengambilan keputusan untuk spending, berbeda halnya bila kemampuan ekonomi rumahtangga yang diteliti termasuk dalam kategori rendah. Dengan Perkataan lain, rumahtangga yang mempunyai penghasilan tinggi cenderung tidak ‘sensitif’ terhadap harga barang-barang konsumsi.
- Terdapat faktor-faktor non-ekonomi yang mempengaruhi tingkat keyakinan konsumen dan di gilirannya mempengaruhi perilaku konsumsi, misalnya menjelang masa pemilihan umum (Sebab ada kekhawatiran terjadi huru-hara), atau saat terjadi Bala alam dalam rentang waktu yang cukup lama (sehingga mempengaruhi stok bahan makanan yang tersedia di pasar).
Sebagai catatan, dalam perdagangan di pasar uang (forex market), data Consumer Confidence Index menjadi salah satu sumber informasi penting untuk pergerakan nilai tukar mata uang (meskipun dalam jangka pendek), terutama apabila berasal dari negara-negara dengan mata uang kuat seperti Amerika Serikat dan Euro Zone. Dalam hal ini, semakin tinggi angka yang dihasilkan di Consumer Confidence Index (yang menunjukkan semakin tingginya tingkat keyakinan konsumen), cenderung akan melonjakkan nilai tukar mata uang negara tersebut.
Laporan mengenai indeks keyakinan konsumen yang biasanya disajikan setiap bulan juga dijadikan sebagai salah satu indikator yang dimanfaatkan dalam pengambilan keputusan, bagus oleh otoritas kebijakan publik (pemerintah), investor, ataupun trader.
Sebagai Epilog, Consumer Confidence Index (CCI) atau indeks keyakinan konsumen menjadi salah satu metode untuk mengetahui sejauh mana tingkat keyakinan konsumen sektor rumahtangga terhadap kondisi perekonomian nasional serta kemampuan ekonomi yang mereka miliki dalam pengambilan keputusan, terkait konsumsi, tabungan, dan investasi.
0 Response to "Consumer Confidence Index (CCI) dan Fungsinya dalam Perekonomian Yang wajib Kita Ketahui"
Posting Komentar