Pengetahuan Fundamental dari materi X, bila setiap masyarakat negara wajib mempunyai kemampuan pemahaman seputar pembahasan ekonomi, hal ini erat kaitannya dengan perkembangan ekonomi di rumahtangga, masyarakat dan negara itu sendiri, maka belajar ekonomi memang wajib di galakkan sejak dini, sejak masih mengenal bangku pendidikan. wajib dicatat bahwa gaji lulusan ekonomi termasuk yang tertinggi dari disiplin apapun. Ekonomi mengajarkan bagaimana membuat keputusan yang tepat. Ini mengajarkan kita bagaimana Tips membuat pilihan, yang sangat penting dalam bisnis.
Problem Ketersediaan Perumahan di Kota Besar
Salah satu permasalahan yang terjadi di kota besar-kota besar dunia merupakan ketersediaan perumahan (housing supply). Persoalan ini menjadi penting, sebab selain berfungsi sebagai sarana perlindungan dan kenyamanan, rumah juga merupakan pendorong terciptanya berbagai aktivitas perekonomian. Lebih dari itu, ketersediaan perumahan yang layak huni juga merupakan salah satu tujuan inti yang tercantum dalam agenda the Sustainable Development Goals (SDGs). Dalam tulisan ini kita akan melihat beberapa dimensi persoalan terkait dengan ketersediaan perumahan.
Tidak sedikit kota besar di penjuru bumi menemui problem ketersediaan perumahan, bagus Sebab keterbatasan Tanah, keterbatasan kemampuan finansial pemerintah, serta daya beli masyarakat yang tergolong rendah. Persoalan perumahan ini muncul seiring dengan meningkatnya jumlah populasi penduduk kota, bagus yang merupakan masyarakat lokal ataupun warga pendatang.
Untuk beberapa wilayah seperti Singapura dan Hong Kong, isu mengenai perumahan Bisa jadi tidak menjadi persoalan penting, mengingat jumlah populasi penduduk yang tinggal di area tersebut tidak terlalu padat. Disamping itu, wilayah-wilayah yang dimaksud juga mempunyai infrastruktur modern dan didukung oleh tingginya pendapatan per kapita.
Sementara di negara maju seperti Jepang, persoalan perumahan hingga kini masih menjadi problem krusial. suatu studi menyebutkan bahwa karena keterbatasan Tanah yang tersedia, harga Tanah kosong yang tersedia di kota besar seperti Tokyo dan Osaka menjadi sangat tinggi, sehingga tidak terjangkau oleh sebagian besar warga kota tersebut (Noguchi, Yukio, Land Prices as well as House Prices in Japan, National Bureau of Economic Research, January 1994).
Sedangkan di negara-negara berkembang, terbatasnya persediaan perumahan membawa dampak negatif untuk pembangunan ekonomi perkotaan. Dampak negatif tersebut terutama merupakan munculnya daerah kumuh (slum area) yang tersebar dibeberapa titik di wilayah perkotaan. Daerah kumuh ini biasanya merupakan bangunan-bangunan semi permanen dengan kerapatan yang tinggi antar bangunan, dan berada dalam lingkungan yang tidak layak, misalnya dalam satu rumah atau ruangan ditinggali oleh lebih dari tiga orang, akses terhadap air bersih yang tidak tercukupi, minimnya akses sanitasi, serta tidak adanya status hukum atas kepemilikan Tanah dan bangunan.
Adanya berbagai persoalan tersebut mendorong pemerintah kota menerapkan berbagai kebijakan untuk menanganinya. Berikut rangkuman berbagai upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah ketersediaan perumahan.
Salah satu alternatif solusi untuk persoalan perumahan di kota besar merupakan dengan membangun kompleks perumahan di kota-kota kecil (kota satelit) disekitar wilayah kota utama, sehingga konsentrasi masyarakat Bisa tersebar dibanyak area sambil tetap menjaga interkoneksi antar wilayah. Namun demikian terdapat kendala yang tidak kalah besar, yakni munculnya ego sektoral antar wilayah, apalagi bila dengan cara administratif setiap wilayah mempunyai manajemen pemerintahan dan kebijakan yang berbeda.
Alternatif berikutnya yang diterapkan beberapa kota besar dunia merupakan dengan mengadopsi bangunan vertikal seperti apartemen. Kelebihan dari bangunan apartemen merupakan kemampuannya menampung lebih banyak individu dalam Tanah yang terbatas, sedangkan kekurangannya antara lain ruang gerak yang terbatas untuk mereka yang tinggal di apartemen bila dibandingkan dengan rumah diatas tanah (landed house). Selain itu tidak semua masyarakat mampu membeli unit apartemen, mengingat kemampuan finansial setiap individu yang bervariasi.
Metode selanjutnya yang diterapkan pemerintah kota merupakan dengan memberlakukan Anggaran ketat terhadap pendatang baru, dengan alasan untuk menghindari peningkatan jumlah populasi penduduk kota tersebut. Kebijakan ini selain menimbullkan masalah diskriminasi, juga dinilai tidak efektif dalam menyelesaikan persoalan.
Upaya lain merupakan dengan mendorong pihak swasta untuk menyediakan rumah untuk kaum miskin dengan subsidi-subsidi tertentu yang diberikan oleh pemerintah. Namun dalam realita, tak jarang pihak swasta (pengembang) menemukan celah hukum untuk menguntungkan dirinya sendiri, sehingga peruntukan rumah untuk warga miskin menjadi tidak tepat sasaran (United Nations Human Settlements Programme as well as United Nations Economic as well as Social Commission for Asia as well as the Pacific, Housing the poor in Asian Cities, 2008).
Tips lain yang ditawarkan merupakan dengan membangun rumah susun sewa untuk penduduk miskin kota, dengan membebankan biaya sewa yang terjangkau serta menyediakan subsidi untuk kebutuhan hidup seperti layanan kesehatan, pendidikan, air dan listrik, dan sebagainya. Upaya ini diyakini mampu membagikan dampak signifikan terhadap perbaikan kualitas kehidupan warga kota, terutama yang masuk dalam kategori miskin.
Lebih lanjut, persoalan perumahan bukan hanya terletak di ketersediaan perumahan itu sendiri, namun juga permasalahan lain yang Inheren, antara lain kendala di infrastruktur terkait, seperti sarana transportasi, kesehatan, dan pendidikan; kendala lingkungan hidup dan sosial karena meningkatnya jumlah populasi penduduk kota; kendala keuangan pemerintah kota, terutama dalam pembangunan fisik serta penyediaan subsidi dan fasilitas; serta perubahan di manajemen pemerintahan dan kebijakan yang diambil.
Sebagai Epilog, berbagai persoalan dan upaya-upaya yang disebutkan diatas menggambarkan kompleksitas permasalahan ketersediaan perumahan di kota besar-kota besar dunia.
Tidak sedikit kota besar di penjuru bumi menemui problem ketersediaan perumahan, bagus Sebab keterbatasan Tanah, keterbatasan kemampuan finansial pemerintah, serta daya beli masyarakat yang tergolong rendah. Persoalan perumahan ini muncul seiring dengan meningkatnya jumlah populasi penduduk kota, bagus yang merupakan masyarakat lokal ataupun warga pendatang.
Untuk beberapa wilayah seperti Singapura dan Hong Kong, isu mengenai perumahan Bisa jadi tidak menjadi persoalan penting, mengingat jumlah populasi penduduk yang tinggal di area tersebut tidak terlalu padat. Disamping itu, wilayah-wilayah yang dimaksud juga mempunyai infrastruktur modern dan didukung oleh tingginya pendapatan per kapita.
Sementara di negara maju seperti Jepang, persoalan perumahan hingga kini masih menjadi problem krusial. suatu studi menyebutkan bahwa karena keterbatasan Tanah yang tersedia, harga Tanah kosong yang tersedia di kota besar seperti Tokyo dan Osaka menjadi sangat tinggi, sehingga tidak terjangkau oleh sebagian besar warga kota tersebut (Noguchi, Yukio, Land Prices as well as House Prices in Japan, National Bureau of Economic Research, January 1994).
Sedangkan di negara-negara berkembang, terbatasnya persediaan perumahan membawa dampak negatif untuk pembangunan ekonomi perkotaan. Dampak negatif tersebut terutama merupakan munculnya daerah kumuh (slum area) yang tersebar dibeberapa titik di wilayah perkotaan. Daerah kumuh ini biasanya merupakan bangunan-bangunan semi permanen dengan kerapatan yang tinggi antar bangunan, dan berada dalam lingkungan yang tidak layak, misalnya dalam satu rumah atau ruangan ditinggali oleh lebih dari tiga orang, akses terhadap air bersih yang tidak tercukupi, minimnya akses sanitasi, serta tidak adanya status hukum atas kepemilikan Tanah dan bangunan.
Adanya berbagai persoalan tersebut mendorong pemerintah kota menerapkan berbagai kebijakan untuk menanganinya. Berikut rangkuman berbagai upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah ketersediaan perumahan.
Salah satu alternatif solusi untuk persoalan perumahan di kota besar merupakan dengan membangun kompleks perumahan di kota-kota kecil (kota satelit) disekitar wilayah kota utama, sehingga konsentrasi masyarakat Bisa tersebar dibanyak area sambil tetap menjaga interkoneksi antar wilayah. Namun demikian terdapat kendala yang tidak kalah besar, yakni munculnya ego sektoral antar wilayah, apalagi bila dengan cara administratif setiap wilayah mempunyai manajemen pemerintahan dan kebijakan yang berbeda.
Alternatif berikutnya yang diterapkan beberapa kota besar dunia merupakan dengan mengadopsi bangunan vertikal seperti apartemen. Kelebihan dari bangunan apartemen merupakan kemampuannya menampung lebih banyak individu dalam Tanah yang terbatas, sedangkan kekurangannya antara lain ruang gerak yang terbatas untuk mereka yang tinggal di apartemen bila dibandingkan dengan rumah diatas tanah (landed house). Selain itu tidak semua masyarakat mampu membeli unit apartemen, mengingat kemampuan finansial setiap individu yang bervariasi.
Metode selanjutnya yang diterapkan pemerintah kota merupakan dengan memberlakukan Anggaran ketat terhadap pendatang baru, dengan alasan untuk menghindari peningkatan jumlah populasi penduduk kota tersebut. Kebijakan ini selain menimbullkan masalah diskriminasi, juga dinilai tidak efektif dalam menyelesaikan persoalan.
Upaya lain merupakan dengan mendorong pihak swasta untuk menyediakan rumah untuk kaum miskin dengan subsidi-subsidi tertentu yang diberikan oleh pemerintah. Namun dalam realita, tak jarang pihak swasta (pengembang) menemukan celah hukum untuk menguntungkan dirinya sendiri, sehingga peruntukan rumah untuk warga miskin menjadi tidak tepat sasaran (United Nations Human Settlements Programme as well as United Nations Economic as well as Social Commission for Asia as well as the Pacific, Housing the poor in Asian Cities, 2008).
Tips lain yang ditawarkan merupakan dengan membangun rumah susun sewa untuk penduduk miskin kota, dengan membebankan biaya sewa yang terjangkau serta menyediakan subsidi untuk kebutuhan hidup seperti layanan kesehatan, pendidikan, air dan listrik, dan sebagainya. Upaya ini diyakini mampu membagikan dampak signifikan terhadap perbaikan kualitas kehidupan warga kota, terutama yang masuk dalam kategori miskin.
Lebih lanjut, persoalan perumahan bukan hanya terletak di ketersediaan perumahan itu sendiri, namun juga permasalahan lain yang Inheren, antara lain kendala di infrastruktur terkait, seperti sarana transportasi, kesehatan, dan pendidikan; kendala lingkungan hidup dan sosial karena meningkatnya jumlah populasi penduduk kota; kendala keuangan pemerintah kota, terutama dalam pembangunan fisik serta penyediaan subsidi dan fasilitas; serta perubahan di manajemen pemerintahan dan kebijakan yang diambil.
Sebagai Epilog, berbagai persoalan dan upaya-upaya yang disebutkan diatas menggambarkan kompleksitas permasalahan ketersediaan perumahan di kota besar-kota besar dunia.
0 Response to "Problem Ketersediaan Perumahan di Kota Besar Yang wajib Kita Ketahui"
Posting Komentar