Hal Fundamental dari materi Knowledge-based Economy (KBE), Pondasi Utama Perekonomian Modern, bila setiap masyarakat negara wajib mempunyai kepahaman seputar pembahasan ekonomi, hal ini erat kaitannya dengan perkembangan ekonomi di rumahtangga, masyarakat dan negara itu sendiri, maka belajar ekonomi memang wajib di galakkan sejak dini, sejak masih mengenal bangku pendidikan. wajib dicatat bahwa gaji lulusan ekonomi termasuk yang tertinggi dari disiplin apapun. Penelitian yang berbeda cenderung menemukan nilai gaji lulusan ekonomi cukup dibayar dengan bagus. Kemampuan ilmu ekonomi misalnya pengambilan keputusan: Apa yang wajib dilakukan bisnis untuk menaikkan margin keuntungan.
Knowledge-based Economy (KBE), Pondasi Utama Perekonomian Modern
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, berkembang pula Tips pandang manusia dalam berpikir dan berkreasi. Demikian halnya dengan metode menciptakan produk dan layanan. Dalam ilmu ekonomi terdapat satu konsep baru yang patut untuk dipelajari, yakni Knowledge-based Economy (KBE) atau ekonomi berbasis pengetahuan. Oleh karenanya, tulisan ini akan membahas Knowledge-based Economy (KBE).
Pergeseran Pola Industri dan Ekonomi.
bila demikian dasawarsa lalu, perekonomian ditandai dengan type industri padat karya (labor-intensive industries) dan padat modal (capital-intensive industries), maka beberapa tahun belakangan ini, type tersebut mulai mendapatkan perubahan seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi, komputer, jaringan internet, dan temuan teknologi lainnya.
Dari sinilah setelah itu dikenal konsep Knowledge-based Economy (KBE). KBE diyakini menjadi pondasi untuk perekonomian modern yang mampu mempengaruhi proses kerja, perilaku tenaga kerja, serta komunitas masyarakat sebagai konsumen.
Lebih jauh, KBE ditandai dengan adanya keterbukaan ekonomi dalam lingkup global, kompetisi dan saling ketergantungan antara bisnis, investasi, ataupun perdagangan, serta pengembangan teknologi dan pengetahuan sebagai unsur daya saing.
Salah seorang Ahli manajemen, Peter F. Drucker, pernah menyatakan bahwa informasi dan pengetahuan akan menjadi kunci utama keberhasilan ekonomi di masa depan (Drucker, Peter F., The Age of Discontinuity: Guidelines to Our Changing Society, 1992).
Bahkan, jauh sebelum masifnya perkembangan teknologi yang kita kenal saat ini, Robert M. Solow pernah menerjelaskan mengenai dampak perubahan teknologi (technical change) terhadap produktivitas dalam produksi barang dan jasa, yang dengan cara simultan juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dengan cara agregat (dengan cara ringkas studi Robert M. Solow dijelaskan dalam artikel Perkembangan Teknologi dan Industrialisasi di Jepang).
Kerangka Pikir Knowledge-based Economy (KBE).
the planet Bank menyatakan bahwa knowledge-based economy (KBE) merupakan type ekonomi yang menstimulasi kreativitas, kreasi, penyemaian, serta penerapan pengetahuan dan informasi untuk melonjakkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan; sekaligus mengakselerasi sistem yang efektif untuk pendidikan dan pelatihan, teknologi informasi dan komunikasi, riset dan pengembangan, serta inovasi.
setelah itu, untuk mengukur dan memonitor perkembangan KBE, Bank Dunia memakai indeks yang dinamai the Knowledge Economy Index (KEI), dimana terdapat empat pilar yang menjadi dasar Evaluasi, yakni:
Disamping itu terdapat beberapa unsur yang Inheren di konsep KBE, antara lain:
Ada pula hal-hal yang menjadi prasyarat untuk tumbuh-kembang KBE, yakni:
Peran pengambil kebijakan publik (pemerintah) juga sangat krusial dalam menentukan keberhasilan KBE. Adapun peran tersebut antara lain diwujudkan dengan:
Sementara Asian Development Bank (ADB), dalam studinya menegaskan bahwa ekonomi berbasis pengetahuan merupakan kekuatan sekaligus kesempatan untuk negara-negara di Asia untuk bersaing di level internasional. KBE juga dipercaya mampu mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi jangka panjang sekaligus menekan kesenjangan pendapatan (income inequality).
Untuk Bisa mewujudkan tujuan tersebut diperlukan type pemerintah yang ‘bersahabat’ selagi tetap sebagai regulator yang efektif, serta jalinan kerjasama antar institusi pemerintah sebagai daya dukung pengembangan KBE, misalnya institusi yang berkaitan dengan peningkatan usaha mikro, kecil, menengah (UMKM/SMEs), koperasi, serta perdagangan dan perindustrian (Asian Development Bank, Advancing the Knowledge-Based Economy: The Next Policy Agenda, 2014).
ADB juga merilis indeks yang menilai performa KBE di negara-negara Asia yang tertuang dalam the Knowledge Economy Index (KEI). Dalam laporannya, beberapa negara yang mempunyai skor tinggi dalam indeks ini antara lain yaitu Taiwan, Hongkong, Jepang, Singapura, dan Korea Selatan. Sementara KBE Index untuk Indonesia masih dibawah Sri Lanka, Vietnam, dan Uzbekistan.
Interkoneksi antara Knowledge-based Economy, Creative-based Economy, dan Cluster-based Economy.
Dari uraian diatas Bisa ditarik benang merah keterkaitan antara KBE, creative-based economy, serta cluster-based economy. Pertama, saat terjadi perubahan pola pikir dan perspektif ekonomi dari yang semula terfokus di faktor tenaga kerja serta kekuatan modal, menjadi berfokus di Dominasi ilmu pengetahuan sebagai pondasi aktivitas perekonomian, lahirlah konsep knowledge-based economy.
saat KBE diterapkan dalam praktik, maka lahir pula istilah baru sebagai pengembangan konsep KBE, yakni creative-based economy/creative economy atau ekonomi berbasis kreativitas/ekonomi kreatif. Dengan Perkataan lain, creative-based economy lahir dari rahim knowledge-based economy.
Lantas, di saat individu-individu dan kelompok komunitas menerapkan ekonomi berbasis kreativitas, dimana mereka mengandalkan pemikiran-pemikiran baru (out of the box) yang ditandai dengan berbagai inovasi dan terobosan-terobosan, mereka berkumpul dan bekerjasama dalam satu area tertentu, sehingga proses inovasi dan kreativitas mendapatkan akselerasi. Dari sinilah setelah itu terbentuk cluster-cluster ekonomi, tempat mereka menciptakan ide, mengembangkan gagasan, dan men’transformasikannya dalam bentuk produk dan/atau jasa. Inilah yang setelah itu dikenal dengan istilah cluster-based economy.
Untuk memahami dengan cara komprehensif mengenai knowledge-based economy, berikut literatur yang Bisa menjadi acuan, Creativity as well as also The Global Knowledge Economy, by Michael A. Peters, Simon Marginson, as well as also Peter Murphy, 2008.
Epilog.
Perubahan pola pikir dan Tips pandang manusia telah mengubah perspektif ekonomi dan type industri, dari yang semula berfokus di faktor tenaga kerja dan modal, bergeser dengan menjadikan ilmu pengetahuan (knowledge) sebagai pondasi kekuatan perekonomian; perubahan yang mendasari lahirnya konsep knowledge-based economy (KBE).
bila demikian dasawarsa lalu, perekonomian ditandai dengan type industri padat karya (labor-intensive industries) dan padat modal (capital-intensive industries), maka beberapa tahun belakangan ini, type tersebut mulai mendapatkan perubahan seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi, komputer, jaringan internet, dan temuan teknologi lainnya.
Dari sinilah setelah itu dikenal konsep Knowledge-based Economy (KBE). KBE diyakini menjadi pondasi untuk perekonomian modern yang mampu mempengaruhi proses kerja, perilaku tenaga kerja, serta komunitas masyarakat sebagai konsumen.
Lebih jauh, KBE ditandai dengan adanya keterbukaan ekonomi dalam lingkup global, kompetisi dan saling ketergantungan antara bisnis, investasi, ataupun perdagangan, serta pengembangan teknologi dan pengetahuan sebagai unsur daya saing.
Salah seorang Ahli manajemen, Peter F. Drucker, pernah menyatakan bahwa informasi dan pengetahuan akan menjadi kunci utama keberhasilan ekonomi di masa depan (Drucker, Peter F., The Age of Discontinuity: Guidelines to Our Changing Society, 1992).
Bahkan, jauh sebelum masifnya perkembangan teknologi yang kita kenal saat ini, Robert M. Solow pernah menerjelaskan mengenai dampak perubahan teknologi (technical change) terhadap produktivitas dalam produksi barang dan jasa, yang dengan cara simultan juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dengan cara agregat (dengan cara ringkas studi Robert M. Solow dijelaskan dalam artikel Perkembangan Teknologi dan Industrialisasi di Jepang).
Kerangka Pikir Knowledge-based Economy (KBE).
the planet Bank menyatakan bahwa knowledge-based economy (KBE) merupakan type ekonomi yang menstimulasi kreativitas, kreasi, penyemaian, serta penerapan pengetahuan dan informasi untuk melonjakkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan; sekaligus mengakselerasi sistem yang efektif untuk pendidikan dan pelatihan, teknologi informasi dan komunikasi, riset dan pengembangan, serta inovasi.
setelah itu, untuk mengukur dan memonitor perkembangan KBE, Bank Dunia memakai indeks yang dinamai the Knowledge Economy Index (KEI), dimana terdapat empat pilar yang menjadi dasar Evaluasi, yakni:
- Kerangka institusi/organisasi serta insentif ekonomi untuk menghasilkan efisiensi dalam pemanfaatan pengetahuan dan pengembangan jiwa kewirausahaan.
- Masyarakat terdidik dan terlatih yang mampu menciptakan, bagikan, dan memanfaatkan pengetahuan dengan bagus.
- Sistem infrastruktur teknologi dan inovasi yang efisien, bagus untuk perusahaan, pusat penelitian, universitas, konsultan, dan organisasi lain, dalam penciptaan teknologi baru, sehingga mampu bersaing dalam lingkungan global.
- Teknologi informasi dan komunikasi yang mampu memfasilitasi karya kreatif serta pengembangan dan pemrosesan informasi.
Disamping itu terdapat beberapa unsur yang Inheren di konsep KBE, antara lain:
- Investasi di riset dan pengembangan (R&D).
- Inovasi, bagus dalam hal produk, produksi, pasar, ataupun pemasaran.
- Pengembangan kewirausahaan (entrepreneurship), khususnya di industri berbasis teknologi (hi-tech industries), bagus yang berskala kecil ataupun besar.
- Pengembangan teknologi informasi dan komunikasi (information as well as also communication technology/ICT).
- Peningkatan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (tertiary-level education).
- Peningkatan keterampilan dan profesionalitas.
Ada pula hal-hal yang menjadi prasyarat untuk tumbuh-kembang KBE, yakni:
- adanya unsur kepercayaan (trust) yang menjadi pondasi dari setiap pengambilan keputusan dan manajemen risiko.
- kebebasan menjalankan aktivitas berdasarkan kreativitas untuk diaplikasikan dalam pengambilan keputusan.
- keberagaman pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh setiap individu.
- adanya tantangan yang memunculkan kreativitas individu untuk berkarya.
- pertukaran pengetahuan dan ide dalam lingkungan yang mempunyai beragam sumber informasi dan pengalaman.
- hasil (output) yang memotivasi tumbuhnya kreativitas baru.
Peran pengambil kebijakan publik (pemerintah) juga sangat krusial dalam menentukan keberhasilan KBE. Adapun peran tersebut antara lain diwujudkan dengan:
- Penguatan perlindungan terhadap hak atas Hartah intelektual (intellectual-property right).
- Peningkatan iklim dan lingkungan bisnis yang mempunyai daya saing berskala global.
- Peningkatan peran pemerintah dalam kemudahan akses terhadap teknologi modern.
Sementara Asian Development Bank (ADB), dalam studinya menegaskan bahwa ekonomi berbasis pengetahuan merupakan kekuatan sekaligus kesempatan untuk negara-negara di Asia untuk bersaing di level internasional. KBE juga dipercaya mampu mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi jangka panjang sekaligus menekan kesenjangan pendapatan (income inequality).
Untuk Bisa mewujudkan tujuan tersebut diperlukan type pemerintah yang ‘bersahabat’ selagi tetap sebagai regulator yang efektif, serta jalinan kerjasama antar institusi pemerintah sebagai daya dukung pengembangan KBE, misalnya institusi yang berkaitan dengan peningkatan usaha mikro, kecil, menengah (UMKM/SMEs), koperasi, serta perdagangan dan perindustrian (Asian Development Bank, Advancing the Knowledge-Based Economy: The Next Policy Agenda, 2014).
ADB juga merilis indeks yang menilai performa KBE di negara-negara Asia yang tertuang dalam the Knowledge Economy Index (KEI). Dalam laporannya, beberapa negara yang mempunyai skor tinggi dalam indeks ini antara lain yaitu Taiwan, Hongkong, Jepang, Singapura, dan Korea Selatan. Sementara KBE Index untuk Indonesia masih dibawah Sri Lanka, Vietnam, dan Uzbekistan.
Interkoneksi antara Knowledge-based Economy, Creative-based Economy, dan Cluster-based Economy.
Dari uraian diatas Bisa ditarik benang merah keterkaitan antara KBE, creative-based economy, serta cluster-based economy. Pertama, saat terjadi perubahan pola pikir dan perspektif ekonomi dari yang semula terfokus di faktor tenaga kerja serta kekuatan modal, menjadi berfokus di Dominasi ilmu pengetahuan sebagai pondasi aktivitas perekonomian, lahirlah konsep knowledge-based economy.
saat KBE diterapkan dalam praktik, maka lahir pula istilah baru sebagai pengembangan konsep KBE, yakni creative-based economy/creative economy atau ekonomi berbasis kreativitas/ekonomi kreatif. Dengan Perkataan lain, creative-based economy lahir dari rahim knowledge-based economy.
Lantas, di saat individu-individu dan kelompok komunitas menerapkan ekonomi berbasis kreativitas, dimana mereka mengandalkan pemikiran-pemikiran baru (out of the box) yang ditandai dengan berbagai inovasi dan terobosan-terobosan, mereka berkumpul dan bekerjasama dalam satu area tertentu, sehingga proses inovasi dan kreativitas mendapatkan akselerasi. Dari sinilah setelah itu terbentuk cluster-cluster ekonomi, tempat mereka menciptakan ide, mengembangkan gagasan, dan men’transformasikannya dalam bentuk produk dan/atau jasa. Inilah yang setelah itu dikenal dengan istilah cluster-based economy.
Untuk memahami dengan cara komprehensif mengenai knowledge-based economy, berikut literatur yang Bisa menjadi acuan, Creativity as well as also The Global Knowledge Economy, by Michael A. Peters, Simon Marginson, as well as also Peter Murphy, 2008.
Epilog.
Perubahan pola pikir dan Tips pandang manusia telah mengubah perspektif ekonomi dan type industri, dari yang semula berfokus di faktor tenaga kerja dan modal, bergeser dengan menjadikan ilmu pengetahuan (knowledge) sebagai pondasi kekuatan perekonomian; perubahan yang mendasari lahirnya konsep knowledge-based economy (KBE).
0 Response to "Knowledge-based Economy (KBE), Pondasi Utama Perekonomian Modern Yang wajib Kita Tau"
Posting Komentar